Jumat, 07 September 2012


Munajat bagi yang kekurangan

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

(1) Ilahi
Lukaku tak kan tersembuhkan kecuali dengan karunia dan kasih-Mu
Kefakiranku tak kan terkayakan kecuali dengan cinta dan kebaikan-Mu
Ketakutanku tak kan tertenangkan kecuali dengan kepercayaan-Mu
Keinginanku tak kan terpenuhi kecuali dengan anugerah-Mu
Keperluanku tak kan tertutupi kecuali dengan karunia-Mu
Kebutuhanku tak kan tercapai oleh selain-Mu
Kesulitanku tak kan teratasi kecuali dengan rahmat-Mu
Kesengsaraanku tak kan terhilangkan kecuali dengan kasih-Mu
Kehausanku tak kan terpuaskan kecuali dengan pertemuan-Mu
Kerinduanku tak kan teredakan kecuali dengan perjumpaan-Mu
Kedambaanku tak kan terpenuhi kecuali dengan memandang wajah-Mu
Ketenteramanku tak kan tenang kecuali dengan mendekati-Mu
Deritaku dapat ditolak hanya dengan karunia-Mu
Penyakitku dapat disembuhkan hanya dengan obat-Mu
Dukaku dapat dihilangkan hanya dengan kedekatan-Mu
Lukaku dapat ditutupi hanya dengan ampunan-Mu
Noda hatiku dapat dikikis hanya dengan maaf-Mu
Waswas dadaku dapat dilenyapkan hanya dengan perintah-Mu
(2) Wahai Akhir Harapan para pengharap
Wahai Puncak Permohonan para pemohon
Wahai Ujung Pencarian para pencari
Wahai Zenit Kedambaan para pendamba
Wahai Kekasih orang-orang yang saleh
Wahai Penentram orang-orang yang takut
Wahai Penyambut Seruan orang-orang yang menderita
Wahai Tabungan orang-orang yang sengsara
Wahai Perbendaharaan orang-orang yang papa
Wahai Perlindungan pars pencari perlindungan
Wahai Pemenuh Hajat fuqara dan masakin
Wahai Yang Paling Pemurah dari segala yang pemurah
Wahai Yang Paling Pengasih dari segala yang mengasihi
Untuk-Mu kerendahanku dan permohonanku
Bagi-Mu penyerahanku dan doaku
Aku mohon pada-Mu,
sampaikan daku pada kesenangan ridha-Mu
kekalkan bagiku kenikmatan pemberian-Mu
Inilah aku – berhenti di pintu kemurahan-Mu
menunggu hadiah kebajikan-Mu
berpegang pada tali-Mu yang kokoh
bergantung pads ikatan-Mu yang perkasa
(3) Ilahi
Sayangilah hamba-Mu yang hina, yang berlidah lemah beramal kurang
Berilah padanya karunia-Mu yang berlimpah
Lindungilah dia di bawah naungan-Mu yang teduh
Wahai Yang pemurah, wahai Yang Mahaindah Ya Arhamar-Rahimin
Munajat ini adalah munajat Imam Ali Zainal Abidin (sa), cucu Rasulullah saw.
(As-Shahifah As-Sajjadiyah, Munajat ke 11: 299

MUNAJAD IMAM ALI ZAINAL ABIDIN

engan menyebut Asma Allah Yang Maha Kasih dan Maha  Sayang

Ya Allah, aku bermohon pada-Mu
hendaklah Kau jaga aku
sehingga aku tidak lagi menentang-Mu
Sungguh, aku bingung dan ketakutan
karena banyaknya dosa dan kemaksiatan
bersamaan dengan banyaknya Anugerah-Mu
dan kebaikan
Lidahku telah kelu karena banyaknya dosa-dosaku
Telah hilang wibawa wajahku
Maka dengan wajah yang mana
aku harus menemui-Mu
setelah dosa-dosa membuat wajahku muram?
Dengan lidah yang mana
aku harus menyeru-Mu
setelah maksiat membuat lidahku bungkam?
Ya Allah,
Bagaimana aku menyeru-Mu,
Padahal aku pendosa?
Tetapi, Bagaimana aku tidak menyeru-Mu
Padahal Engkau Maha Pemberi Karunia?
Bagaimana aku bergembira
Padahal aku pendosa?
Tetapi, Bagaimana aku berduka
Padahal Engkau Maha Pemberi Karunia?
Ya Allah,
Bagaimana aku menyeru-Mu,
Padahal aku, aku?
Tetapi, Bagaimana aku tidak menyeru-Mu,
Padahal Engkau, Engkau?
Bagaimana aku bergembira
Padahal aku telah melawan-Mu?
Tetapi, Bagaimana aku berduka
Padahal aku telah mengenal-Mu?
Wahai Zat yang Maha Kasih
Wahai Zat Yang Maha Sayang
Wahai Zat Yang Maha Pengampun
Wahai Zat Yang Maha Pemurah
Ya Allah,
Sungguh aku malu menyeru-Mu
Padahal aku selalu mengulangi dosa-dosaku
Tetapi, bagaimana mungkin seorang hamba
tidak menyeru junjungannya
Kemanakah pelariannya dan perlindungannya
Jika Kau usir dia?
Ya Allah,
Kepada siapa lagi aku berlindung
jika tidak Kau tegakkan aku
dari ketergelinciranku?
Siapakah yang akan mengasihiku
Jika Engkau tidak mengasihiku?
Siapakah yang akan menyambutku
Jika Engkau tidak menyambutku?
Kemana hendak berlari
Jika harapanku terhempas di sisi-Mu?
Ya Allah,
aku berada antara cemas dan harap
kecemasanku pada-Mu
mematikanku
harapku pada-Mu
menghidupkanku
Ya Allah,
Dosa-dosa adalah sifat kami
Sedangkan maaf adalah sifat-Mu
Ya Allah,
Uban itu adalah cahaya-Mu
Bagaimana mungkin Kau bakar cahaya-Mu
Dengan api-Mu
Ya Allah,
Surga itu tempatnya orang-orang baik
Tetapi jalannya melewati neraka
Duhai beruntungnya
Sekiranya aku mendapatkan surga
aku tidak masuk neraka
Ya Allah,
Bagaimana mungkin aku menyeru-Mu
dan mengharapkan surga
dengan perbuatan ku yang buruk?
tetapi,
bagaimana mungkin aku tidak menyeru-Mu
dan tidak mengharapkan surga
dengan perbuatan-Mu yang baik dan indah?
Ya Allah,
akulah yang menyeru-Mu,
walaupun bermaksiat pada-Mu,
hatiku tidak pernah melupakan zikir-Mu
ya Allah,
akulah yang mengharapkan-Mu,
walaupun bermaksiat pada-Mu,
tak kan putus harapku akan kasih-Mu
ya Allah,
akulah yang bertambah panjang usiaku,
bertambah banyak dosa-dosaku,
bertambah panjang musibahku
karena banyaknya dosaku,
bertambah panjang pula harapanku
karena banyaknya ampunan-Mu
duhai junjunganku, Tuhanku
dosa-dosaku besar
tetapi ampunan-Mu
lebih besar
dari dosa-dosaku
wahai Dia Yang Ampunan-Nya besar
ampunilah dosa-dosaku yang besar
karena tidak ada yang mengampuni dosa besar
kecuali Tuhan Yang Maha Besar
wahai Tuhanku
akulah yang telah membuat perjanjian dengan-Mu
kemudian aku putuskan janjiku
aku lepaskan tekadku
ketika nafsu menguasaiku
sehingga pagi berbuat sia-sia
dan sore berbuat alpa
Kau tuliskan apa yang kulakukan
dalam siang dan malamku
ya Allah, ya Tuhanku
dosa-dosaku
tidak menyusahkan-Mu
ampunan-Mu padaku
tidak mengurangi kebesaran-Mu
berikanlah padaku ampunan
yang tidak menyusahkan-Mu
berikanlah padaku anugerah
yang tidak mengurangi kebesaran-Mu
ya Allah
jika kau bakar aku
tidak ada manfaatnya bagi-Mu
jika kau ampuni aku
tidak ada madaratnya bagi-Mu
lakukanlah padaku
apa yang tidak menimbulkan madarat bagi-Mu
dan janganlah Kau lakukan padaku
apa yang tidak menggembirakan-Mu
sesungguhnya Engkau
Maha Pengasih
Maha Penyayang
Maha Pengampun
Maha Pemurah
Ya Allah,
sekiranya maaf bukan sifat-Mu
tak kan ada seorangpun yang mengenal-Mu
akan menentang-Mu

sekiranya Engkau tidak pemurah dengan ampunan-Mu
aku takkan bermaksiat pada-Mu
dan tidak akan mengulangi dosa-dosaku

sekiranya ampunan bukan hal yang paling Engkau cintai
takkan ada seorang mahklukpun yang paling engkau cintai
berani menentang-Mu

ya Allah,
harapanku dariMu hanyalah ampunan
sangkaku padaMu hanyalah kebaikan
selamatkanlah aku dari ketergelinciran
ya rabb, sudah terjadi apa yang terjadi
wahai Dia yang penuh santun pada yang memusuhi-Nya
apakah lagi pada yang mencintai-Nya dan menyeru-Nya

wahai Dia yang menjawab, bila ada seruan
wahai Dia yang dengan kebesaran-Nya, menebarkan awan
Engkaulah yang berkata:
siapakah yang menyeru pada-Ku, tidak Aku jawab?
Siapakah yang meminta pada-Ku, tidak Aku beri?
Siapakah yang berdiri didepan pintu-Ku, tidak Aku sambut?
Engkaulah yang berkata:
Aku Maha Pemurah, dari-Ku Kemurahan
Aku Maha Pemberi Anugerah, dari-Ku Anugerah
Diantara anugerah-Ku pada para pendosa
Aku lindungi mereka di tempat tidur mereka
Seakan-akan mereka tidak pernah berbuat maksiat pada-Ku
Aku jaga mereka
Seakan-akan mereka tidak pernah berbuat dosa pada-Ku
Siapakah yang berbuat dosa?
Siapakah yang mengampuni dosa?
akulah yang banyak melakukan dosa
dan Engkaulah yang paling banyak mengampuni dosa

ya Allah,
buruk benar apa yang kulakukan,
karena banyaknya dosa dan kemaksiatan
indah benar yang Kau lakukan,
dengan segala anugerah dan kebaikan

ya Allah,
Engkaulah yang menenggelamkan aku
Kedalam karunia, anugerah dan pemberian
akulah yang menenggelamkan diriku
kedalam dosa, kebodohan dan kesalahan
Engkaulah yang terkenal karena kebaikan
akulah yang terkenal karena kemaksiatan

ya Allah,
telah sempit dadaku
dan aku tidak tahu
dengan obat apa bisa kusembuhkan dosa-dosaku
berapa banyak lagi
aku harus bertaubat daripadanya?
berapa kali
aku harus kembali padanya?
berapa             banyak
aku harus menyebutnya pada siang dan malamku?
Sampai kapan ya Allah?
Padahal telah kuhabiskan sisa umurku.

Ya Allah,
Lama deritaku
Rapuh tulangku
Ringkih tubuhku
Tetapi,
Dosa-dosaku
Terus bertumpuk
Diatas punggungku
Oleh karena itu, duhai junjunganku
kuadukan padaMu
kemiskinan dan kefakiranku
kelemahan dan ketakberdayaanku

ya Allah,
telah tidur semua yang punya mata,
dan beristirahat ditempat tinggalnya
sedangkan kini, gemetar hatiku dan kedua belah mataku
menanti kasihMu
maka kuseru Engkau, wahai junjunganku
perkenankan doaku
penuhi hajatku
cepatkan ijabahku

ya Allah,
aku menunggu ampunan dariMu
seperti yang ditunggu para pendosa
aku takkan berputus asa dari rahmatMu
yang dinantikan mereka yang berbuat kebajikan

apakah akan kau bakar dengan neraka
wajah yang telah rebah beribadat padaMu
apakah akan kau bakar dengan neraka
mata yang telah menangis takut padaMu
apakah akan kau bakar dengan neraka
lidah yang telah membaca Al-Qur’an
apakah akan kau bakar dengan neraka
hati yang telah mencintaiMu
apakah akan kau bakar dengan neraka
tubuh yang telah tunduk merendah dihadapanMu
apakah akan kau bakar dengan neraka
seluruh anggota badan yang telah sujud rukuk padaMu

ya Allah,
Kau perintahkan kami berbuat kebajikan
padahal Engkau lebih utama daripada mereka yang diperintahkan
Kau perintahkan kami memberi orang yang meminta
padahal Engkau yang ter baik yang diminta

ya Allah
jika Kau siksa aku
akulah seorang hamba yang Kau ciptakan
untuk apa yang Kau kehendaki
lalu Kau siksa dia
jika Kau selamatkan aku
akulah seorang hamba yang Kau dapati berbuat kesalahan
lalu Kau selamatkan dia
ya Allah
Tidak ada jalan bagiku untuk melindungi diri dari dosa
Kecuali dengan penjagaanMu
Tidak ada cara lain bagiku untuk mencapai amal yang baik
Kecuali dengan kehendakMu
Ya Allah tiada daya dan upaya kecuali dariMu
Bagaimana aku melindungi diri
Jika tak Kau sampaikan padaku penjagaanMu
yaAllah
Kaututupi bagiku dosa didunia dan tidak Kau sebarkan
Maka janganlah Kau permalukan aku
Pada hari kiamat dihadapan penghuni alam semesta

yaAllah
KemurahanMu meluaskan harapanku
syukurMu menerima amalku
maka bahagiakanlah aku
dalam pertemuan denganMu
dipenghujung ajalku
ya Allah
sekiranya iman menjadi saksi bagiku
atas keesaanMu
sekiranya lidahku berbicara untuk memujiMu
sekiranya Al-Quran menunjukkan padaku
akan keutamaan anugerahMu
maka bagaimana mungkin hilang harapanku akan janjiMu?

Ya Allah,
akulah yang membunuh diriku dengan pedang kemaksiatan
sehingga pasti memperoleh dari sisiMu
penolakan dan pemutusan
selamatkanlah aku ya rabb, selamatkan aku
masihkah ada bagiku sedikit wajah kebaikan di hadiratMu

ya Allah
adam telah menentangMu
lalu Kau ampunkan dia
mahkluk dari keturunannya juga menentangMu
wahai yang memaafkan penentangan ayah
ampuni juga anak yang maksiat kepadaMu
dari keturunannya

ya Allah
Kau ciptakan syurga
Untuk orang yang mentaatiMu
Kau janjikan didalamnya
Apa yang tak tergetar dalam hati
Lalu kuperhatikan amalku
kulihat amalku lemah
ku hitung-hitung diriku
aku tidak mampu mensyukuri nikmat
yang Kau anugerahkan kepadaku
dan
Kau ciptakan neraka
Untuk orang yang maksiat padaMu
Kau janjikan didalamnya
Belenggu nyala api dan siksa
Ya rabb, aku takut, dipastikan masuk kedalamnya
Karena besarnya dosaku
Banyaknya kesalahanku
Terdahulunya kemaksiatanku

Tetapi ya Allah,
Tidak ada dosa yang terlalu besar bagiMu
Untuk Kau ampunkan bagiku
Dan bagi siapapun yang dosanya lebih besar dariku
Karena kecilnya derajat kami dalam KerajaanMu
Dengan segala keyakinan, harapan, dan kepasrahanku
Wahai Dzat yang Maha Besar
Maha Agung
Maha Tinggi
Maha Suci
Maha Benar
Maha Agung Engkau ya Allah dengan segala sifat dan Asma-Mu

Ya Allah,
Kau jadikan bagiku musuh yang memasuki hati,
Menempati bayangan dan fikiranku
Maka kemanakah aku harus berlindung
Jika tidak ada perlindungan dariMu

Ya Allah
Sungguh syetan itu jahat dan buruk
Banyak makarnya
Berat permusuhannya
Lama persengketaannya
Bagaiman mungkin selamat
Orang sekampung
Sedang dia penipunya
Hanya saja kudapati tipuannya lemah
Hanya kepadaMu kami beribadah
Dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan
Hanya kepadaMu kami memohon penjagaan
Tiada daya dan upaya kecuali dariMu
Ya Karim ya Karim ya Karim

Amin ya Rabbal alamin 

Cinta A
  1. Cinta menganggap sedikit pemberian yang ia keluarkan dan menganggap banyak pemberian kekasih walaupun sedikit. ( Abu Yazid Al Bustami).
  2. Cinta itu merangkul ketaaat dan menentang kedurhakaan.(Sahal bin Abdullah).
  3. Cinta adalah masuknya sifat –sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintainya.
    Maksudnya orang yang mencintai selalu memuji-muji yang dicintainya, sehinga orang yang mencintai tenggelam dalam ingatan sifat-sifat yang dicintainya dan melupakan segala sifat-sifat dirinya sendiri dan perasaannya pada sifat- sifat yang dimilikinya. ( Al Junaid).
  4. Cinta adalah kesetiaan ( Abu Ali Ahmad Ar Rudzabari).
  5. Hakekat cinta ialah jika kamu memberi , maka kamu memberikan semua yang kamu miliki kepada orang yang kamu cintai, tanpa tersisa satu sedikitpun untukmu. (Abu Abdullah Al Qusyairi).
  6. Disebut cinta karena cinta menghapus hati dari ingatan selain yang dicintainya. ( Dalf Asy Syibli).
  7. Cinta selalu menegur kelengahan dirinya ( Ahmad bi Atha).
  8. Cinta itu kesenangan, sedang letak hakekatnya terletak pada ketenangannya. (Abu Ali ad Daqaq).
  9. Cinta, jika kamu cemburu pada seorang kekasih, maka orang sepertimu adalah mencintainya. (Dalf  Asy Syibli).
  10. Cinta itu adalah dahan-dahan yang ditancapkan dalam hati sehingga hati akan berbuah sesuai dengan kemampuan akal. ( Ahmad bin Atha).
  11. Cinta bisa menyuntik darah dan menumpahkannya. ( An Nashr Abadzi).
  12. Hakekat cinta tidak bisa berkurang karena kurangnya pemberian pemberian dan tidak bisa bertambah karena kebaikan yang diberikan kepadanya. (Yahya bin Muadz).
  13. Tidak benar orang yang mengaku telah mencintai Allah, tapi ia tidak menjaga batas-batas hukum Allah. (Yahya bin Muadz).
  14. Jika cinta itu benar maka hilanglah rasa ketersinggungan (karena kurang sopan). (Al Junaid ).
  15. Cinta harus lebih mengutamakan yang dicintai.(Muhammad bin Ali al Kattani).
  16. Hakekat cinta itu terwujud jika seorang hamba mampu melupakan bagiannya dari Allah dan melupakan kebutuhan-kebutuhannya kepada Allah. (Abu Ya’kub as Susi).
  17. Cinta itu menjauhi kesenangan dalam setiap keadaan. (An Nashr Abadzi).
  18. Cinta itu berlebihan dalam kecenderungan tanpa berharap mendapatkan sesuatu (al Junaid)
  19. Cinta itu suatu fitnah (ketidaktenangan) dalam hati sanubari. (al Junaid).
  20. Cinta itu berawal dari tipuan dan berakhir dengan kematian. (Abu Ali Ad Daqaq)
  21. Cinta itu rasa kecenderunganmu kepada sesuatu secara keseluruhan , kemudian kamu lebih mementingkan cinta itu daripada dirimu, jiwamu dan hartamu, kemudian kesetiaanmu padanya , baik ketika berada di tempat sunyi atau di tempat terbuka, kemudian ia memberitahukan kepadamu tentang keteledoran cintamu. ( Haris Al Muhasibi ).
  22. Cinta itu tidak patut untuk dua orang, sehingga yang satu berkata kepada orang lain. ( Sary as Saqathy).
  23. Orang yang jatuh cinta itu jika diam saja dia akan binasa, sedangkan orang yang arif jika ia tidak diam dia akan binasa. (Dalf Asy Syibli).
  24. Cinta itu apa dalam hati yang dapat membakar apa saja selain yang dicintainya.
  25. Cinta itu mencurahkan segala kemampuan, sedangkan kekasih itu boleh berbuat apa saja yang dia mau.
  26. Cinta itu membuka tabir dan semua rahasia. ( Ahmad An Nuri).
  27. Tidak benar suatu cinta kecuali harus keluar dari penglihatan cinta menuju penglihatan kekasih dengan tidak mengetahui cintanya. (Ya’kub As Susi).
  28. Setiap cinta mempunyai tujuan . Jika telah hilang tujuan itu, maka hilanglah cinta. ( Al Junaid).
  29. Cinta itu sesuatu yang dapat menghapus jejakmu. (Abdullah al Mubarak).
  30. Cinta itu menyesali kesalahan untuk berbuat lurus. (Ahmad bin Atha).
  31. Cinta yang sekecil sawi lebih saya sukai daripada beribadah tujuh puluh tahun tanpa cinta. (Yahya bin Muadz).
  32. Cinta itu binasa dalam kelezatan, makrifat itu persaksian dan kebingungan, dan hancur dalam rasa takut. ( Ahli hakekat).
  33. Rindu adalah kegoncangan hati untuk menemui yang dicintainya. Kerinduan tergantung dalam cintanya. ( Al Junaid).
  34. Cinta lebih tinggi dari rindu, karena rindu bersumber dari cinta. (Ahmad bin Atha).
  35. Cinta itu berasal dari keazalian dan menuju kepada Keabadian, serta tiada seorangpun dalam tujuh puluh ribu dunia ini yang mampu meminum setetes pun dari cinta itu hingga akhirnya menyatu di dalam-Nya. (Rabiah Adawiyah).
  36. Cinta adalah buhulnya iman, di mana orang tidak akan masuk tanpa cinta. Seorang hamba tidak akan sejahtera maupun selamat dari ancaman siksa Allah tanpa cinta.Maka hendaklah hamba itui berperilaku atas dasar cinta. (Ibnu Qayyim Al Jauziyah)
  37. Cinta adalah dasar dari perwujudan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Tanpa cinta, proses kehidupan tidak akan pernah terbangun dengan baik. Karena itu setiap hidup mesti memiliki cinta, kemauyandan perilaku.Dan setiap yang bergerak maka dasar yang menggerakkannya adalah cinta dan kemauan, Semua wujud tidak akan harmonis kecuali bila digerakkan oleh rasa cinta yang menjadikannya sendiri. (Ibnu Qayyim Al Jauziyah).
  38. Sungguh cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara berubah menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi , menghancur-leburkan karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya, serta membuat budak menjadi pemimpin. (Jalaluddin Rumi).
  39. Cinta kepada Allah itu laksana api apapun yang dilewatinya akan terbakar. Cinta kepada Allah itu laksana cahaya apapun yang dikenainya akan bersinar.Cinta kepada Allah itu langit apapun yang dibawahnya akan ditutupnya.
  40. Cinta kepada Allah itu laksana angin apapun yang ditiupnya akan digerakkannya.
    Cinta kepada Allah itu laksana air dengannya Allah menghidupkan segalanya. Cinta kepada Allah itu laksana bumi dari situ Allah menumbuhkan segalanya.Kepada siapa yang mencintai Allah, Dia berikan kekuasaan dan kekayaan. (Imam Ali).
  41. Tugasku adalah hutang terhadap Cinta. Dengan bebas dan sukarela aku menerima apa pun yang terlarang untukku. Cinta seperti cinta seorang kekasih, kecuali sebagai pengganti mencintai gejala, aku mencintai yang Hakiki. Agama, kewajiban, adalah milik dan keyakinanku.Tujuan cinta manusia adalah menunjukkan yang terakhir, cinta sejati. Inilah cinta yang sadar. (Ibnu Arabi ).
  42. Hatiku mampu menerima setiap bentuk: ia adalah hamparan padang rumput bagi rusa dan biara bagi pendeta dan kuil bagi berhala dan Ka’bah bagi para Haji dan lembaran Taurat serta kitab Al Quran. Aku menganut agama Cinta: Jalan mana pun yang diambil oleh unta-unta cinta, itulah agama dan keyakinanku. (Ibnu Arabi)
  43. Cinta dalam dataran tertentu bermakna penyerahan diri sepenuhnya. Cinta tidak berkurang karena keramahan.Bahkan sang pencipta harus tetap bertahan di depan sang kekasih, meskipun diusir.Ia harus menjadikan jiwanya sebagai sapu di pintu-Nya. (Faridudin Attar).
  44. Andaikata dunia mau meraih cinta, ia tidak akan mampu dan andaikata ia mau menolaknya, ia tak akan kuasa, karena cinta itu suatu anugerah, bukan hasil usaha.Cinta berasal dari Tuhan. (Ali bin Usman al-Hujwiri).
  45. Cinta itu ibarat pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Buahnya menampakkan dirinya di hati, di lidah dan di anggota badan. Buah itu adalah ketaatan akan perintah Tuhan, dan kenangan terus menerus kepada kekasih yang memenuhi hati dan melimpah ke lidah. (Imam Ghazali).
  46. Menurutnya Cinta yang hakiki adalah cinta tanpa syarat (unconditional love). Baginya Cinta adalah gelora hati terhadap yang dicintai sehingga menjadikan lupa pada diri sendiri. (Junaid al-Baghdadi).
  47. Tidak layak cinta  antara dua sejoli mengatakan antara yang dicinta dan yang mencinta kecuali kata “kami” (bukan “aku”). (Sirri al Saqathy).
  48. Cinta adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan Cinta menduduki derajat tertinggi. “(Allah) mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (Al-Maidah : 54). (Imam Al-Ghazali).
  49. Agama itu cinta, cinta itu agama. (Imam Bagir).
  50. Malapetakan paling besar adalah bila engkau mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain. Atau jika engkau mengharap kebaikan seseorang , tapi justru orang itu berharap agar kita celaka binasa. (Imam Syafii).
  51. Engkau durhaka kepada Allah dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua perintah-Nya. Sesungguhnya orang menaruh cinta tentulah bersedia menaati perintah orang yang dicintainya. (Imam Syafii).
  52. Di taman cinta yang indah mempesona, ibadah itu berubah menjadi keindahan dalam kehidupan yang membawa kesenangan, keriangan, dan kebahagiaan. Di bawah keteduhan naungan cinta, perintah ibadah tidak lagi menjadi beban yang harus dipikul , tetapi ia adalah suatu yang patut diterima dengan senang dan gembira. (Khalid Muhammad Khalid).
  53. Minuman Cinta adalah Cahaya yang cemerlang berkalian dari Kemahaindahan Sang Kekasih.(Abul Hasan Asy Syadzili).
  54. Gelasnya adalah kelembutan yang menghubungkan ke bibir-bibir hati. (Abu Hasan As Syadzili).
  55. Sang peminum adalah pihak yang mendapat limpahan agung kepada orang-orang istemewa seperti para Auliya dan hamba-hambaNya yang saleh. Allah Yang Maha Tahu kadar kepastian dan kebajikan bagi kekasih-kekasihNya. (Abu Hasan Asy Syadzili).
  56. Sang Peminum adalah pecinta yang dibukakan keindahan cinta itu dan menyerap minuman nafas demi nafas jiwa. (Abu Hasan Asy Syadzili).
  57. Rasa minuman cinta adalah rasa dibalik orang yang terdendam rindunya ketika hijab diturunkan .(Abu Hasan Asy Syadzili).
  58. Sang peminum sejati adalah pecinta yang meneguk arak cinta itu, sejam dua jam.(Abu Hasan Asy Syadzili).
  59. Rasa segar peminuman cinta adalah bagi orang yang dilimpahi arak cinta dan terus menerus meminumnya hingga kerongkongan penuh sampai ke urat nadinya.Cahaya Allah ada dibalik minuman yang melimpah itu.(Abu Hasan Asy Syadzili).
  60. Mabuk Cinta adalah ketika seseorang hanyut dalam rasa dan hilang akal, tidak mengerti apa yang dikatakan dan diucapkan padanya. (Abu Hasan Asy Syadzili).
  61. Sadar dari mabuk cinta, adalah situasi sadar ketika gelas piala minuman cinta dikelilingkan,di hadapan mereka berbagai kondisi ruhani silih berganti, lalu kembali pada dzikir dan ketaatan. Tidak terhijabi oleh sifat-sifat dengan berbagai ragam kadar yang ada. itulah yang disebut sebagai waktu sadar cinta. ketika panda-ngannya meluas melintas batas dan pengetahuannya semakin bertam-bah.(Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili).
  62. Cinta adalah Sifat Tuhan, yang tidak membutuhkan apapun, cinta pada selain-Nya adalah palsu.(Jalaluddin Rumi) .
  63. Cinta merupakan wujud cinta itu sendiri. Cinta tidak dapat digambarkan lebih jelas daripada apa yang digambarkan oleh cinta lagi.(Ibn Qayyim al-Jauziyyah).
  64. Cinta yang hakiki adalah cinta tanpa syarat. Baginya Cinta adalah gelora hati terhadap yang dicintai sehingga menjadikan lupa pada diri sendiri. ( Syekh Abul Qasim Junaid bin Muhammad bin Junaid al-Baghdadi)
  65. Hakikat cinta adalah sesuatu yang tidak berkurang karena berpaling dan tidak bertambah karena kebaikan. (Yahya bin Muaz)
  66. Hakikat cinta mengatakan bahwa kebersamaanmu dengan yang dicintai adalah dengan melepas sifat-sifatmu.(Muhammad bin al Hasan bin Mansyur).
  67. Cinta sejati adalah gugurnya semua cinta dari dalam hati kecuali cinta kepada kekasih. (Fadhal al Faraawy).
  68. Cinta adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan Cinta menduduki derajat tertinggi. (Imam Al-Ghazali)
  69. Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri, membatasinya hanya akan menambah kabur dan kering maknanya.Maka batasan dan Penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri” (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
  70. Orang yang asyik Cinta kepada Allah ialah orang yang membebaskan dirinya dari segala nafsunya, dan sebagai akibat daripada itu, dia hanya menyibukkan dirinya berzikir kepada Allah S.W.T. (Al-Junaid)
  71. Siapa yang tidak mau mencicipi manisnya cinta tidak akan bisa menikmati kehidupan. (Ibn Qayyim Al-Jauziyah)
  72. Demi Allah, sesungguhnya sebuah cinta teramat agung untuk dapat dilihat. Ia luput dari penglihatan manusia, ia ada di dalam dada bersemayam sebagaimana api bersemayam dalam batu. Jika dinodai ia akan membakar, dan jika dicuba untuk ditinggalkan ia akan selalu membayangi. (Al-Ashmu’i)
  73. Tiada orang berakal yang dipuji, namanya kondang, kecuali saat dimabuk cinta (mendalam cintanya) Tiada pemuda yang merasakan derita kehidupan, kecuali ketika ia kasmaran (Abdullah bin Bahlul)
  74. Kehidupan ini tak lebih dari gila asmara.Bila kegilaan itu telah lewat, disusul dengan kegilaan secawan anggur. Bila masa tua singgah, manusia kembali bertingkah kekanakan. ( Ahmad At Tamami)
  75. Hati orang arif adalah mahligai cinta, dan hati pecinta adalah mahligai kerinduan, dan hati orang rindu adalah mahligai kedekatan. (Abu Nuiam Al Isfahani).
  76. Setiap saat cinta ini makin abadi. Setiap waktu orang makin terpukau olehnya. (Fariduddin Aththar).
  77. Petualangan antara aku dan kekasihku tak ada habisnya. Sesuatu yang tanpa mula dan tanpa akhir.(al Hafiz).
  78. Cinta adalah leburnya pecinta ke dalam sifat-Nya dan menetapnya yang dicinta di dalam Dzatnya.(al Junaid).
  79. Cinta tidak berkurang karena kekejaman dan tidak bertambah karena keramahan. ( Al Hujwiri).
  80. Andaikata dunia mau meraih cinta, ia tidak akan mampu. Dan andaikan ia mau menolaknya, ia takkan kuasa. Karena cinta itu suatu anugerah , bukan hasil usaha. Cinta berasal dari Tuhan. (Al Hujwiri).
  81. Kalau malaikat jatuh cinta. Dia menjadi manusia sempurna. (Fariduddin Attar).
  82. Antara pecinta dan kekasihnya tak ada antara. Ia bicara dari rindu. Ia mendamba dari rasa. ( Rabiah Adawiyah).
  83. Di dalam cinta tak ada pengaduan dan keluhan, karena tujuan pecinta tak lain adalah tujuan sang kekasih. (Al Bakri).
  84. Diantara tanda-tanda cinta adalah sulitnya perpisahan antara pecinta dan kekasih. ( Al Bakri).
hariqah Salaf  Ba’alawi
Thariqah Salaf Ba’alawi bernisbah kepada Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Ra, beliaulah pendiri dan Imam Thariqah Al-‘Alawiyah. Dan asal khirqoh yang didapatkan oleh beliau berasal dari As-Syekh Al-Kabir Al-Qutb As-Syahir Abu Madyan Syu’aib bin Abu Hasan At-Tilmisany Al-Maghriby Ra dengan dititipkan melalui dua orang, yaitu pertama As-Syekh Abdurrahman in Muhammad Maq’ad (murid As-Syekh Abu Madyan) yang kemudian menyerahkan kepada murid beliau yaitu As-Syekh Al-Kabir Abdullah As-Sholeh Al-Maghriby dan sampai kepada Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam ketika beliau sedang belajar bersama as-Syekh Al-Faqih Ali bin Ahmad Bamarwan di Tarim, dan sebelumnya Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam telah mengetahui mengenai Khirqoh yang akan diterima oleh beliau (dengan kasyafnya) dan beliau sempat hendak menemui As-Syekh Abdurrahman Al-Maq’ad yang kala itu masih berada di Mekkah, tapi di tengah perjalanan, beliau mendengar kabar wafatnya As-Syekh Abdurrahman sehingga beliau mengurungkan niatnya pergi ke mekkah dan kembali ke Tarim.
            Selanjutnya mengenai Thariqah Al-‘Alawiyah Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Zain bin Smith berkata dalam Kitab Ghayah Al-Qasd Wal Murod:
Aku telah mendengar Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: “Sesungguhnya Thariqah As-Sadah Al-Alawiyah adalah “As-Shirat” yang dimaksudkan dalam firman Allah SWT yang artinya;

Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

Dan lebih jauh beliau berkata:
“Dan dalam satu kesempatan yang lain Al-Amam Al-Haddad membahas Thariqah Al-Alawiyah, beliau berkata; ‘Sesungguhnya Thariqah Al-Alawayah adalah Thariqah yang paling kuat dalil-dalilnya dan perjalanannya (Suluk) adalah sebaik-baiknya perjalanan, dan sungguh Ahli Thariqah ini memberikan contoh-contoh yang baik dan jalan yang dipenuhi kesejahteraan dan kemaslahatan bagi umat, para Masyaikh Al-Abu Alawi dan pemuka-pemuka mereka mempunyai martabat dan kelebihan Ukhrawi yang tidak dipunyai oleh orang lain, karena mereka senantiasa melazimkan Al-Khumul (menepiskan kemasyhuran) sehingga menjadikan nama baik mereka selalu diingat bersama keagungan dan keistimewaan Hal mereka.”’

                Thariqah Sadah Ba’alawi adalah salah satu Mazhab Thariqah yang mempunyai kesempurnaan dalam sistem Tarbiyah Thariqahnya, dalam pro dan kontranya tokah-tokoh Islam menanggapi dogma-dogma Tasawwuf, Thariqah ini tidak pernah dikritik. Thariqah Sadah Ba’alawi memegang teguh As-Sunnah dan menentang keras tindakan dan tata cara yang bertolak belakang dengan Syari’ah dan Sunnah Rasul Allah SAW, dalam mereflesikan Ubudiyah. Thariqah ini lebih fleksibel, misalnya; dalam Thariqah ini tidak dibenarkan untuk melepaskan tanggung jawab dari Ikhtiar Duniawiyah karena hal tersebut merupakan Sunnah Rasul Allah SAW, mungkin karena fleksibel inilah dan banyaknya keistimewaan lain yang dimilikinya yang membuat perbedaan antara Thariqah Sadah Ba’alawi dan Thariqah lainnya, Kayfiyah Thariqah ini yang dengan cemerlang tapi sederhana dan Arif berusaha menerapkan keseimbangan yang paling sempurna antara As-Syari’ah dan At-Thariqah serta Al-Haqiqah sehingga menghasilkan mutiara “Hakekat Amaliyah” yang secara Zhahiriyah maupun Bathiniyah akhirnya mempunyai nilai tambah yang sangat sempurna. Thariqah ini dalam perkembangannya  lebih lanjut, terus bertambah cemerlang dalam pimpinan para Masyaikh Ahli Thariqah Wal-Haqiqah turun temurun   dalam setiap era kepemimpinan beberapa Awliya’ Al-Akbar  Bani Alawi. Radhi Allahu Anhum Ajma’in Wanafa’ana bihim Amin.

(Manaqib Sayyidina Al-Imam Al-Qutb Al-Ghaust Al-Fakhrul Wujud “AS-SYEKH ABU BAKAR BIN SALIM; As-Sayyid Muhammad Rafiq bin Lukman Al-Kaff Gathmyr)

Nasab para Sâdah Ba ‘Alawi kembali kepada datuk mereka, Alwi bin ‘Ubaidillah, cucu al-Imam al-Muhâjir, Ahmad bin Isa an-Naqîb, yakni naqîb (pemimpin) para syarif di Iraq, bin Muhammad an-Naqîb bin Ali al-‘Uraidhi bin Ja’far ash-Shâdiq bin Muhammad al-Bâqir bin Ali Zainal ‘Abidin bin al-Imam al-Husain bin Ali bin Abu Thalib.

Kehidupan Imam Ahmad al-Muhâjir dijalani di Bashrah. Di daerah inilah dia tumbuh berkembang. Pada saat itu Ahlulbait berada di dalam kehormatan dan pemeliharaan. Tetapi para khalifah Bani ’Abbas yang menjadikan Iraq sebagai pusat mulai melemah kekuasaannya, muncullah gerakan-gerakan dan pemberontakan-pemberontakan. Sedikit demi sedikit fitnah melanda Iraq, dan yang paling besar di antaranya adalah hadirnya kelompok Qaramithah yang menyerang Bashrah di awal abad ke-4 H, dan munculnya kelompok Zinj (Sudan).

Pada situasi yang kacau itu dimana orang-orang saleh yang menjauhkan diri dari dunia, tak mampu menghadapinya, tepatnya pada tahun 317 H, Imam Ahmad bin Isa hijrah―yang karena itu beliau digelari al-Muhâjir―untuk menghindari gelombang fitnah. Beliau meninggalkan Bashrah bersama tujuh puluh orang dari keluarga dan para pengikutnya, membelah jalan menuju Hijaz agar rombongannya dapat singgah setahun di Madinah. Setelah itu menuju Tanah Haram Makkah pada tahun dimana pada saat itu kelompok Qaramithah memasuki kota ini dan merampas Hajar Aswad.

Kemudian Imam Ahmad al-Muhâjir keluar dari Makkah melalui padang pasir menuju ’Asîr kemudian ke Yaman. Takdir pun membawa mereka ke Lembah Hadramaut, lembah terpencil dengan sedikit kekayaan, yang sebagian besar daerahnya saat itu dikuasai oleh kaum Khawarij Ibadhiyah.

Imam al-Muhâjir pertama kali singgah di negeri Hajrain. Setelah itu pindah ke Kindah, dan akhirnya menetap di Husayyisah. Karena suatu hikmah yang mendalam dan faktor-faktor penyebab yang Allah siapkan, masa kekuasaan madzhab Ibadhiyah tidak berlangsung lama. Setelah terjadi adu argumentasi dan peperangan antara mereka dengan al-Muhâjir dan pengikutnya serta orang-orang yang menolong dan bergabung dengan mereka dari pengikut Ahlussunnah di sana. Akhirny, sebagian besar lembah ini dapat dibersihkan dari kejahatan kaum Khawarij dan para pengikut mereka. Setelah itu Ahlussunnah mengakar di sini dan orang-orang pun menganut madzhab mereka.

Imam Muhâjir mempunyai anak bernama ‘Ubaidillah yang kemudian mendapatkan tiga orang anak, Bashri, Jadid, dan ‘Alawi. Kepada ‘Alawi inilah keturunan para Sadah Ba 'Alawi bernasab sebagaimana telah disebutkan di atas. Sedangkan keturunan kedua saudaranya habis bersamaan berakhirnya abad keenam Hijriah.

Beberapa lama setelah al-Muhâjir wafat, keturunannya pindah ke kotaTarim yang dinamai dengan nama raja yang membangunnya, yaitu Tarim bin Hadramaut. Mereka menetap di sana pada tahun 521 H. Keturunan al-Muhâjir yang pertama mendiami kota ini adalah al-Imam Ali bin Alawi yang dikenal sebagai Khali` Qasam dan saudaranya, Sâlim, serta mereka yang segenerasi dengan keduanya dari keturunan Bashri dan Jadid yang ada pada saat itu.

Maka Tarim pun yang dijuluki al-Ghanna menjadi tempat tinggal keturunan yang mulia ini. Lalu muncullah di sana ma`had-ma`had kebajikan dan banyak pula terdapat masjid. Di samping itu kota ini menjadi mulia karena terdapat jasad sejumlah sahabat mulia yang meninggal di sana saat memerangi orang-orang murtad.

Sumber-sumber sejarah tidak memberikan data yang rinci tentang periode pertama kaum ‘Alawiyyin. Informasi sejarah lebih banyak dimulai sejak periode dua anak Imam Muhammad bin Ali, yang dikenal sebagai Shahib Mirbath, yaitu Ali (ayah dari al-Faqîh al-Muqaddam) dan Alwi (yang dikenal sebagai paman dari al-Faqîh al-Muqaddam), dan periode sesudahnya. Kepada kedua orang inilah kembalinya nasab semua keluarga Ba ‘Alawi di masa sekarang ini.

Peletak pondasi sebenarnya pada bangunan thariqah ini adalah al-Imam Muhammad bin Ali Ba ’Alawi yang digelari dengan al-Faqîh al-Muqaddam yang lahir di Tarim pada tahun 574 H dan wafat di sana pada tahun 653 H. Yang diterima oleh beliau —meskipun dari jauh― dari seorang ‘Arif Billah, Syaikh Abu Madyan al-Maghribi, yang dikenal dengan gelar al-Ghauts melalui perantara beberapa pengikut Abu Madyan yang sampai ke Mekkah. Imam Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqîh yang dikenal sebagai ‘Allamah ad-Dunya (wafat tahun 1162 H) mengatakan, “Asal Thariqah Sadah Ba ’Alawi adalah Thariqah Madyaniyyah, yaitu thariqah Syaikh Abu Madyan Syu‘aib al-Maghribi. Sedangkan quthub dan inti hakikatnya adalah asy-Syaikh al-Faqîh al-Imam Muhammad bin Ali Ba ‘Alawi al-Husaini al-Hadhrami. Thariqah ini diterima oleh para pemimpin dari para pemimpin yang mendahuluinya dan diwariskan kepada orang-orang besar yang memiliki maqâmât dan ahwâl.”

Perjalanan Thariqah Sadah Ali Ba'alawi pada masa setelah Al-Faqih Al-Muqaddam berada dipundak anak-anaknya dan masih sesuai dengan manhaj asal. Karena thariqah ini adalah jalan kebenaran, mereka pun bersikap khumul, hingga tidak melakukan penulisan dan pembukuan terhadap manhaj thariqah. Keadaan ini berlangsung pada generasi awal hingga periode Alaydrus (w: 864 H) dan saudaranya Syaikh Ali (w: 892 H). Saat inilah thariqah berkembang luas